Mengapa Bulan Januari Terasa Lebih Lama? Begini Penjelasannya

Daftar Isi
Jakarta –
Bulan Januari terasa lebih usang dibandingkan bulan-bulan lainnya, walaupun mempunyai jumlah hari yang sama, yakni 31 hari. Fenomena ini menjadi perbincangan di media sosial, banyak yang mengeluhkan lamanya Januari.
Namun, apa sebenarnya yang memicu kesan bahwa bulan Januari terasa lebih usang seumpama berlarut-larut? Terkait hal ini ternyata ada alasannya. Menurut para ahli, setidaknya ada beberapa faktor, seumpama transisi ke kesibukan rutin sesudah berakhirnya masa piknik panjang hingga keadaan keuangan.
Berikut ini penjelasanya:
Baca juga: Blue Monday 2025: Apa Itu dan Mengapa Disebut Hari Paling Sedih? |
Berakhirnya Masa Liburan
Psikolog klinis Chloe Carmichael menerangkan bahwa Januari sering terasa panjang dan bikin kecapekan alasannya merupakan adanya “Blue Monday,” yang dianggap selaku hari paling suram dalam setahun. Hal ini terjadi alasannya merupakan orang mulai mencicipi efek berakhirnya euforia piknik panjang Desember.
“Jadi (setelah liburan), mungkin ada perasaan menipisnya zat-zat kimia tersebut (dopamin: yang menghasilkan seseorang merasa bahagia). … Rasanya seumpama ada yang menawan ‘karpet emosional’ dari bawah kita, (dan ini) sungguh kontras sesudah piknik yang menyenangkan,” ungkapnya terhadap Yahoo Life UK.
Hipotesis Jam Dopamin
Zhenguang Cai, mahasiswa PhD di University College London (UCL) yang meneliti penglihatan waktu, menerangkan bahwa kembali melakukan pekerjaan sesudah piknik sanggup membuat rasa bosan, utamanya apabila daripada kesenangan selama liburan. Hal ini menghasilkan Januari terasa lebih lambat.
“Januari, di segi lain, cuma berisi pekerjaan. Dan pada akhirnya, ini menjadi argumentasi utama mengapa bulan ini terasa sungguh lama. Rasa senang sepertinya menjadi faktor paling besar yang menyeleksi apakah waktu terasa berjalan cepat atau lambat,” ujar Cai, dikutip dari New Statesman.
Fenomena ini sanggup diterangkan lewat hipotesis jam dopamin. Teori yang menyatakan bahwa kadar dopamin yang tinggi-zat kimia di otak yang berhubungan dengan motivasi dan rasa senang-dapat mempercepat penglihatan waktu, sehingga hari-hari terasa lebih singkat. Meskipun masih ada faktor yang perlu diteliti lebih lanjut, utamanya terkait dengan perbedaan respons di banyak sekali area otak.
Baca juga: Kenapa Tanggal 26 Januari Kontroversial di Australia? |
Persepsi perihal Waktu
Psikolog klinis Pauline Wallin menyertakan bahwa Januari menenteng kembali kesibukan rutin yang monoton, yang sanggup menghasilkan orang merasa tertekan. Hal tersebut memicu bulan ini terasa berjalan sungguh lambat, seolah bergerak dengan kecepatan “glasial.”
“Ada banyak faktor yang memengaruhi cara kita mencicipi waktu. Secara umum, dikala kita merasa tidak nyaman, sakit, bosan, atau cemas, kita condong lebih konsentrasi pada ketidaknyamanan itu dan seberapa usang hal tersebut berlangsung,” jelasnya, seumpama dilansir New York Post.
Pengaruh Kondisi Keuangan
Selain itu, ada juga efek keadaan keuangan. Psikolog klinis Chloe Carmichael mengambarkan bahwa banyak orang yang mungkin sudah membeli secara berlebihan. Kemudian tibalah waktu di mana mereka mulai menyaksikan keadaan keuangan sesudah piknik dan menyadari perlunya berhemat.
“Banyak orang mungkin sudah membayar secara berlebihan, sehingga hal tersebut sanggup mempunyai efek pada rasa kesejahteraan,” ungkapnya terhadap Yahoo Life UK.
Baca juga: Bulan Februari 2025 hingga Tanggal Berapa? Cek Infonya! |
januariblue mondayfenomena jam dopaminHoegeng Awards 2025Baca dongeng inspiratif calon polisi pola di siniSelengkapnya