Pemerintah Klaim Stok Cabe Surplus, Namun Kok Harga Semakin Mahal?

Jakarta –
Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim buatan cabe rawit merah surplus sebanyak 23.349 ton. Produksi bulanan pada Januari 2025 disebut meraih 111.041 ton, sementara keperluan 87.692 ton.
“Itu di neraca bulanan dan neraca kumulatif kita masih surplus menyerupai itu. Ini neraca buatan cabe rawit kami di bulan Januari, ada neraca bulanan di 23.340 ton,” kata Direktur Sayuran dan Flora Obat Kementan Andi Muhammad Idul Fitri, dalam meeting kerjasama inflasi Kemendagri, Senin (13/1/2025).
Di segi yang lain, dalam catatan Kementan, harga cabe rawit merah rata-rata nasional dikala ini Rp 73.640 per kilogram (kg). Padahal harga teladan pembelian (HAP) di tingkat pelanggan Rp 40.000 hingga Rp 57.000/kg.
Andi mengakui peningkatan terjadi pada dua ahad terakhir ini. Setidaknya ada tujuh penyebab peningkatan harga komoditas tersebut. Pertama, cuaca hujan ekstrem yang memicu sejumlah kawasan penghasil cabe terendam banjir, menyerupai di Kabupaten Wajo, Sidrap, Sukabumi, hingga Temanggung.
“Ini seluruh di dataran rendah. Ini imbas banjir ini potensi kehilangan ini meraih 70-87%. Kemudian yg kedua curah hujan yg tinggi, ini memicu wilayah pertanaman tergenang,” lanjutnya.
Baca juga: Mentan Maklumi Harga Cabai Melonjak, Kenapa? |
Ketiga, adanya longsor yg membuat area pertanian cabe rusak. Keempat topan yg memicu tumbuhan cabe rusak, menyerupai di Kabupaten Semarang.
Kelima serangan hama Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Keenam harga jual rendah sebelumnya yang memicu petani beralih menanam tumbuhan lainnya. Ketujuh, anomali masa panen atau habisnya masa panen di sejumlah daerah.
“Ini imbas iklim yg kita sampaikan di Banjarnegara,terkena menyerupai itu, Wajo, Sidrap, dan pastinya Cianjur,” pungkasnya.
harga cabaisurplus cabaiproduksi cabaikementerian pertanianinflasi pangan